photo Wali Negara |
" 18 tahun yang lalu, waktu saya masih berumur 10 tahun, saya teringat abg kandung saya menerima surat dari ayah saya, yang ikut ke medan perang bersama kawan-kawannya.
Bilau gugur di awal tahun 2005 di drien kuneng, desa seumirah,
Ketika itu ayah saya berkata " Anak ku jual lah seluruh harta yang ada untuk kepentingan makan kalian di saat darurat ini berlangsung.
Karena ibuk kalian tidak bisa cari nafkah untuk kalian, benar kata ayah saya kalau ibuk saya memang tidak tau cara mencari rezeki untuk kami yang usia tamatan SMP menikah dgn ayah saya.
Lalu abg saya yang paling tua mendengar intruksi ayah, beliau lah satu-satunya abg yang tidak masuk GAM karena beliau mondok di pesantren abu ali paya pasi makanya beliau tidak sempat masuk GAM,
tapih beliau juga di cari-cari oleh aparat.
Semua tanah yang ada di jual murah2 oleh abang saya, karena kebutuhan hidup yang sangat dramatif,mencekam dan kami sangat membutuhkan nya.
Kami 9 bersaudara, hari pertama DOM adik saya masih berumur 2 tahun satu lagi yang perempuan 5 tahun dan saya berumur 10 tahun pada masa itu, kami semua butuh pendidikan.
Kami ber 4 tinggal di tempat adik kandung ibuk, yang ada di aceh timur karena rumah masa kecil kami yang ukuran 6×12 sudah di bakar oleh kekejaman aparat saat itu dan abang2 yang lain masuk GAM.
Ayah juga bercerita kan jika perjuangan ini sampai dengan KEMERDEKAAN kita semua akan di tanggung oleh negara, untuk kuliah di dalam negeri atau luar negeri dan kebutuhan hidup lainya.
Kami cuma bisa berdo'a supaya ayah menang di dalam medan pertempuran yang seakan-akan damai ini tidak pernah terjadi, karena hakikat perang masa itu, siapa yang masih hidup dialah yang menang.
Di awal 2005 kami mendengar kabar, bahwa ayah sudah tiada dan di kebumikan langsung di bate leusong olah masyarakat setempat dan kami tidak di bolehkan melihat nya.
Selamat jalan ayah.....
Semoga niat baik mu untuk perjuangan dan agama mendapat fahala dan tempat yang layak disisi nya, cuma itu yang bisa kami ucapkan.
Saat tgl 15 Agustus 2005 damai pun tiba, tangis dan air mata pun datang menghampiri kami, disaat orang lain punya ayah sedangkan kami tidak, kami kesunyian ibuk
Satu tahun damai tidak ada satu pun mantan kombatan GAM yang menyemangati kami,
Lalu ibuk berkata, ayah kamu memang sudah tidak ada lagi nak, tapih jiwa korsa yang ada di tubuh GAM yang masih hidup pasti ada. Kata ibuk
Seluruh mantan GAM yang hidup adalah AYAH kalian, tutur kata seorang janda GAM.
Waktu itu saya berani dan bangga terlahir dari seorang pejuang.
Harapan dan impian pun datang di benak saya dan pastinya semua anak yatim syuhada pun mengharapkan demikian, mereka pasti datang, dalam hati saya, pasti mereka akan meng elus2 kepada kami yang sudah tidak punya ayah lagi.
Kami juga berpikir, mereka sudah berwibawa dan bepangkat didalam perdamaian ini, pastinya meraka akan bertanya pada kami, apa cita-cita mu nak??biar AYAH/mantan gam, sekolah kan mu nak karena negara dan pemimpin menyuruhkannya
Alhamdulillah semua itu hanya harapan...
Insya Allah kami semua pun ikhlas dan mengikuti perkembangan politik yang ada, karna kata pemimpin, kita semua masih dalam konten BERJUANG di atas meja hijau.
Kami semua tidak di wajibkan untuk meminta apa2 selain atas apa yang di tuliskan dalam MoU Helsinki & UUPA saat ini.
Di hari "MAKMEUGANG" ini yang masih dalam kontes BERJUANG di meja hijau, kami semua merekam dalam kepala & hati kami, jejak hidup kalian di saat-saat damai seperti ini, berbuat atawa tidak hanya Allah yang tau semua nya.
Baik yang sudah kaya raya maupun yang tidak ada apa-apa, kami aneuk syuhada GAM dengan air mata mencari kalian semua yang sudah senang dan berwibawa di dalam kontes perdamaian ini
HAI ORANG TUA KU, KALIAN SEMUA MASIH BANYAK, BERDAMAILAH SESAMA EKS KOMBATAN
KITA SEMUA SATU TUJUAN..
KAMI SEMUA MENCARI MU......
'WASSALAM'
JUM'AT, GUNONG SALAK ACEH 22 mei 2020
Ketua ANEUK SYUHADA D1
(MULYADI BEN IDRIS)
0 komentar:
Post a Comment