Dalam sebuah kunjungan ke rumahnya di Aceh Timur, saya bertanya kepada Abu.
“Ho Abu neusè wateè Darurat?”. Kemana Abu berpindah sewaktu pemberlakukan Darurat Militer di Aceh?
Dengan penuh senyum Abu Menjawab, “ulon di gampong mantong”. Saya banyak di kampung, bersama masyarakat, demikian jawab Abu.
Kemudian Abu bercerita tentang perlindungan orang kampung kepada beliau dan pasukan, berbagai razia dan operasi yang dilancarkan untuk mencari pimpinan GAM di Wilayah Peureulak (Aceh Timur dan sekitarnya), namun daya tahan masyarakat sangat tinggi. Walaupun Abu memimpin gerilya, sebagai Panglima Perang di Wilayah Peureulak, tetapi Abu tidak jauh dari orang kampung yang selalu melindunginya.
Setelah damai, Abu menjadi salah seorang pimpinan majelis bersama dengan Tengku Muhammad Lampoihawe dan Tengku Zakaria Saman. Termasuk salah seorang perekat yang dihormati oleh seluruh barisan GAM.
Dalam politik Abu sering dianggap berseberangan karena berbeda pilihan dalam partai atau calon gubernur. Tetapi wibawa dan pesan-pesan damai yang keluar dari Abu, membuat semua pihak menghormatinya.
Pada tahun 2008, ada kejadian penculikan anggota TNI di daerah Uteuen Dama Peureulak. Dandim Aceh Utara, Yusep Sudrajat membawa tentara bersenjata lengkap ke rumah Abu, menendang pintu rumah dan memecahkan kaca di tengah malam buta.
Pintu kamar Abu didobrak dengan popor senjata dan tendangan, Abu dengan sarung dan singlet dipukul kepalanya dan didorong naik ke atas kendaraan.
Abu yang tidak tahu menahu masalah, kemudian dilepas karena tentara yang diduga diculik sudah kembali. Tindakan aparat yang tidak menghargai hukum ini, salah satu noda hitam dalam implementasi MoU Helsinki. Kalau Abu tidak sabar dan menahan diri, pasti perdamaian akan tercabik-cabik.
Abu Sanusi merupakan salah seorang tokoh GAM angkatan pertama tahun 1976 bersama dengan dr. Zubir Mahmud.
Kemarin, hari Selasa sekitar pukul 07.00 pagi, Tengku Sanusi bin Muhammad, akrab dipanggil dengan Abu Sanusi, panglima Gerakan Aceh Merdeka Wilayah Peureulak, telah berpulang ke rahmatullah di Gampong Kruet Lintang Peureulak Timur setelah beberapa lama menderita sakit.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Semoga Allah luaskan kubur almarhum Abu, diberikan tempat yang mulia bersama para syuhada dan aulia.
Semoga generasi muda mendatang meneruskan perjuangan Abu dan para syuhada yang telah menyiram bumi Aceh dengan pengorbanan mereka.
0 komentar:
Post a Comment