Monday, February 12, 2018

4:45 AM
4 Mantan Anggota Perunding GAM ke Helsinki, Ahtisaari: Setelah RI-GAM Damai Kami Kebanjiran Order

Empat mantan juru runding GAM, M Nur Djuli, Shadia Marhaban, Munawar Liza Zainal, dan Bachtiar Abdullah berkunjung ke Kantor Crisis Management Initiative (CMI) di Helsinki, Finlandia, dan bertemu pimpinan lembaga itu, Martti Ahtisaari, Rabu (24/1/2018). 

Laporan Yarmen Dinamika 
BANDA ACEH - Empat orang mantan anggota tim perunding GAM berada di Helsinki, Finlandia, Rabu (24/1/2018) siang.
Mereka adalah Munawar Liza Zainal, M Nur Djuli, dan Shadia Marhaban yang datang khusus dari Aceh. Satu lagi, Bachtiar Abdullah datang dari Stockholm, Swedia.
Tujuan utama mereka berkumpul di Helsinki adalah untuk bertemu dengan pendiri Crisis Management Initiative (CMI), Martti Ahtisaari yang sekaligus mediator perundingan antara Pemerintah RI dan GAM pada 2005 silam.
Ia juga mantan presiden Finlandia yang disegani di Eropa. "Ini bentuk tanggung jawab moral kami terhadap keberlanjutan perdamaian di Aceh," kata Munawar Liza saat menghubungi Serambinews.com dari Helsinki malam ini.
Saat pertemuan berlangsung, Kota Helsinki sedang bersalju tebal, dengan suhu minus 12 derajat Celcius.
"Pertemuan ini bermula dari hubungan-hubungan selama ini yang berlangsung antara CMI dengan para perunding, untuk saling meng-update kondisi terkini di Aceh," kata Munawar Liza.
Mantan wali kota Sabang itu menyebutkan, pertemuan dengan pihak CMI dimulai pukul 11.00, berakhir pukul 14.00 waktu Helsinki, diselingi dengan makan siang bersama.
Dalam kesempatan itu, Ahtisaari ditemani stafnya dan mantan wakil kepala Aceh Monitoring Mission (AMM), Jenderal Jaakko Oksanen.
Presiden Ahtisaari menyambut baik kedatangan para perunding. Sewaktu Bakhtiar Abdullah hendak memulai dengan perkenalan, langsung disela dengan senyuman lebar oleh Ahtisaari. "Saya masih mengingat dan mengenal Anda semua," kata Munawar Liza menirukan pernyataan Ahtisaari.
Dalam pertemuan itu, Bakhtiar menyampaikan bahwa GAM dan masyarakat Aceh masih mendukung perdamaian di Aceh, bahkan dijelaskan perdamaian ini telah menjadi contoh bagi negara-negara lain di dunia.
M Nur Djuli melanjutkan bahwa situasi Aceh semakin baik dari hari ke hari. Namun, para pihak tak boleh lengah, dan selalu harus waspada, sebab ada beberapa ancaman yang bisa mengganggu jalannya perdamaian.
"Adanya beberapa regulasi yang melanggar MoU dan UUPA, bisa menjadi punca berkurangnya kepercayaan kepada perdamaian. Ini harus diwaspadai oleh semua pihak," tambah Nur Djuli.
"Kami para perunding siap untuk bekerja membantu pemerintah untuk memperkuat perdamaian, mendorong pencarian solusi-solusi apabila ada persoalan, sehingga MoU bisa dijalankan dengan sempurna," kata Shadia Marhaban.
Munawar Liza menambahkan, perdamaian Aceh telah berlangsung sejak 2005. Berbagai cobaan dan ujian telah dilalui rakyat Aceh, namun perdamaian tetap berjalan selama 12 tahun dengan baik dan kuat.
Namun, ia berharap CMI hendaknya jangan berpangku tangan saja melihat kesuksesan perdamaian Aceh sesudah bertahan hingga 12 tahun.

Sumber : Tribunnews.com

0 komentar:

Post a Comment